Muslimat NU sebagai Pilar Kontrol Sosial dan Perlindungan Perempuan-Anak di Sulsel: Rapat Konsolidasi Jadi Momentum Strategis Penguatan Organisasi

Makassar, 24 Mei 2025 – Di tengah maraknya persoalan sosial yang menimpa kelompok rentan, Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) menegaskan kembali peran strategisnya dalam memperjuangkan perlindungan perempuan dan anak. Hal ini mengemuka dalam kegiatan Rapat Konsolidasi dan Koordinasi Pengurus Wilayah Muslimat NU Sulawesi Selatan, yang berlangsung di Auditorium KH. Muhyiddin Zain, Universitas Islam Makassar (UIM).

Acara ini mengusung tema “Mengokohkan Peran Muslimat NU melalui Konsolidasi Organisasi dan Internalisasi Nilai Aswaja”, dan dihadiri langsung oleh Ketua PP Muslimat NU, Dra. Hj. Ariffatul Choiri Fauzi, yang hadir secara khusus untuk memberikan arahan dan memperkuat barisan kader Muslimat di Sulawesi Selatan. Turut hadir pula Wakil Gubernur Sulsel, Fatmawati Rusdi, serta Ketua PW Muslimat NU Sulsel, Prof. Dr. Ir. Hj. A. Majdah M. Zain, M.Si.

Kehadiran Hj. Ariffatul disambut hangat dengan persembahan tarian tradisional Ganrang Bulo oleh anak-anak TK Al-Ulum, lembaga pendidikan di bawah binaan Muslimat NU Sulsel. Tidak sekadar menjadi tamu kehormatan, Hj. Ariffatul turut menari bersama anak-anak, sebuah simbol kehangatan dan kedekatan pemimpin Muslimat NU dengan generasi muda dan masyarakat bawah.

Dalam pidatonya, Hj. Ariffatul menekankan bahwa peran Muslimat NU hari ini tidak hanya sebatas dalam ranah dakwah dan pendidikan, tetapi telah berkembang menjadi kekuatan sosial yang harus tampil aktif sebagai agent of change dalam masyarakat. “Muslimat NU harus menjadi kontrol sosial. Kita tidak boleh tinggal diam melihat kekerasan terhadap perempuan dan anak, baik yang terjadi secara fisik maupun dalam bentuk kekerasan digital yang saat ini sangat memprihatinkan,” ujarnya dengan tegas.

Beliau juga mengingatkan pentingnya perhatian terhadap akses anak terhadap teknologi digital. Di tengah berkembangnya teknologi informasi, anak-anak rentan terhadap paparan konten-konten negatif, kekerasan digital, bahkan eksploitasi seksual online. Hj. Ariffatul mengajak seluruh jajaran Muslimat NU untuk menjadi pelindung di garda depan, terutama dalam keluarga dan lingkungan komunitasnya.

Lebih dari sekadar konsolidasi internal, kegiatan ini juga dirancang sebagai ajang peningkatan kapasitas kader Muslimat NU. Salah satu agenda penting adalah pelatihan paralegal, yang bertujuan membekali para kader dengan kemampuan dasar dalam memberikan pendampingan hukum bagi perempuan dan anak korban kekerasan. Dengan bekal ini, diharapkan kader Muslimat mampu tampil sebagai pelindung sekaligus advokat di tengah masyarakat, berperan aktif dalam upaya preventif dan kuratif dalam penanganan kasus-kasus kekerasan.

Pada sesi penutup, digelar pula penguatan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang menjadi fondasi gerakan Muslimat NU. Internalisasi nilai-nilai Aswaja ini dianggap penting untuk memperkuat ideologi organisasi, memperteguh akidah dan moralitas kader, serta menjaga arah perjuangan Muslimat NU tetap pada rel yang moderat, inklusif, dan rahmatan lil ‘alamin.

Prof. Majdah M. Zain, dalam sambutannya, menyatakan bahwa kehadiran Ketua Umum PP Muslimat NU di Sulsel merupakan spirit booster bagi pengurus dan anggota di seluruh tingkatan. “Ini bukan sekadar kunjungan, tapi momentum strategis untuk menyolidkan kekuatan dan menyelaraskan visi Muslimat NU dalam merespon persoalan-persoalan riil masyarakat, terutama yang menyangkut perempuan dan anak,” ujarnya.

Kegiatan ini menjadi bukti bahwa Muslimat NU di Sulawesi Selatan tidak hanya eksis sebagai organisasi keagamaan, tetapi juga sebagai kekuatan sosial yang adaptif terhadap dinamika zaman. Dalam dunia yang terus berubah, Muslimat NU hadir sebagai penjaga nilai-nilai moral, pelindung kelompok rentan, dan agen transformasi sosial yang meneguhkan peran perempuan dalam membangun peradaban.

Penulis: Ismawati Abbas

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *